SAATNYA NAIK KELAS: Upaya Menghayati Seremoni Silaturahmi


Oleh: Muhammad Munji

Coba hitung sudah berapa kali kita menjumpai Hari Raya Idul Fitri. Berapa kali kita ber halal bihalal saling bermaaf-maafan dengan sanak keluarga, kerabat dekat ataupun jauh, serta teman-teman di sekitaran kita. Mungkin sudah belasan atau bahkan puluhan kali kita melakukan itu semua. Sudah lumayan banyak, bahkan sangat banyak.

Jika saling memaafkan menggugurkan dosa, jika saling mengunjungi mengeratkan silaturrahmi, jika itu semua benar-benar dihayati dan sesuai dengan tujuannya, kita akan melihat hubungan sosial yang sangat harmonis. Setiap kali ada konflik dan kesalahan, setiap tahun akan selalu dibereskan. Setiap timbul noda dalam persahabatan, setahun sekali selalu dihapuskan.

Namun ada fenomena lain yang kita saksikan. Rupa-rupanya beberapa orang tidak mengalami itu semua. Permaafan hanya adat kebiasaaan yang tak ada bekasnya. Silaturrahmi hanya mengikuti tren yang sedang terjadi. Semua yang terlihat indah di mata, sebenarnya terlihat semu di hati. Rasa formalitas begitu kental terasa. Hingga mengabaikan esensi dari semua perbuatan yang dilakukannya itu.

Datang berkunjung, sembah sungkem, mengucapkan kalimat-kalimat halal bihalal, hanya kebiasaan yang harus dilakukan. Malu jika ditinggalkan. Tanpa ada peresapan ke dalam hati. Pemaknaan halal bihalal diabaikan. Hanya seremonial yang berulang dan terus berulang.

Apakah saling berkunjung dan memaafkan itu sesuatu yang buruk. Tentu saja tidak. Itu jauh lebih baik ketimbang tidak sama sekali. Hanya saja jika kembali ke pertanyaan pertama di awal tulisan ini, rasa-rasanya menjadi aneh jika kita terus mengulangi hal sama berkali-kali bahkan hingga puluhan kali, tanpa ada peningkatan.

Jika boleh dikatakan, sudah cukup kita berformalitas, mengikuti adat kebiasaan. Sudah cukup kita berada di kelas itu. Saatnya naik menuju tingkat yang lebih tinggi. Kelas yang lebih esensi.

Meminta maaf bukan sekedar di lisan, tapi benar-benar ada penghayatan di dalam hati. Berkunjung bukan sekedar enak tidak enak, tapi benar-benar ada niatan hati yang tulus untuk mempererat kasih menjalin rasa sayang.

Jika itu semua bisa kita lakukan, saya yakin akan ada perbedaan besar antara sebelum dan sesudah Lebaran. Ada hubungan baru yang lebih harmonis, lebih indah dari sebelumnya. Semua karena yang dilakukan selain sebagai seremonial, juga terkandung hal-hal yang esensial. Semoga…

Kebumen, 15 Mei 2021

Sumber Ilustrasi: https://pixabay.com/id/illustrations/idul-fitri-mubarak-ramadan-muslim-4541470/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Articles

Back to top button