Konflik dan Dampaknya

Konflik dan Dampaknya

Konflik pada dasarnya tidak disukai semua orang. Keberadaannya menjadi pengganggu mental dan kesehatan jiwa seseorang yang mengalami konflik. Adapun orang-orang yang terlihat suka menebar konflik, sejatinya ia sedang menghindar dari konflik, namun dengan cara yang salah sehingga menimbulkan konflik baru.

Jauh sebelum konflik muncul dari diri seseorang, sebetulnya telah muncul terlebih dahulu konflik dari dalam diri, antara hati nurani dan akal. Ketika konflik antara hati dan akal tidak bisa diselesaikan oleh diri sendiri, ia akan keluar dan menjadi konflik nyata. Konflik ini menyeret dan mempengaruhi lingkungan dan orang-orang di sekitarnya, sehingga terbentuklah kelompok-kelompok yang berkonflik. Jika konflik berlanjut, akan berubah menjadi konflik masyarakat, bangsa hingga negara-negara di dunia. Seperti yang kita lihat saat ini, dunia sedang dilanda konflik berkepanjangan.

Andaikan kita mengurainya satu persatu, mengadakan penelitian secara ilmiah, seminar, lalu semua orang yang berkepentingan melakukan hal yang sama, mencari sumber dan penyebab masalah, maka akan lahir teori-teori yang menjamur, yang akan bertentangan satu dengan yang lain, tergantung dari mana konflik itu dilihat dan siapa yang melihat. Dan sejauh ini, konflik yang terjadi belum menemukan solusi yang disepakati oleh pihak-pihak yang berkonflik.

Semua terlihat rumit. Mimbar akademik yang melahirkan peneliti dan pengamat membawa dunia pada kebosanan dan kebuntuan berpikir karena tak kunjung membuahkan solusi bagi pihak yang berkonflik. Sementara korban terus berjatuhan.

Rapuhnya Teori Ilmiah

Rapuhnya teori ilmiah terhadap masalah sosial adalah bahwa selalu ada hasil penelitian yang berseberangan untuk memaksa teori lain tidak diakui oleh semua orang, terlebih bercampurnya pihak ketiga yang ingin mengadu domba turut bermain dan tidak menginginkan perdamaian tercapai. Maka sejauh ini, para pengamat hanya bisa melahirkan teori dan komentar terhadap konflik yang terjadi, dan tidak bisa berbuat banyak selain hanya mendorong kecaman demi kecaman.

Secara teori, kecaman dan kutukan terhadap satu kejahatan dan konflik bisa mencegah dan meredakan konflik berikutnya. Bisa mendorong pihak-pihak yang berkonflik untuk mengendalikan diri serta mendorong pihak lain untuk ikut serta dalam mengambil sikap termasuk dalam meredakan konflik. Teori semacam ini sering kita jumpai saat ini.

Konflik dalam Sejarah Manusia

Menilik jauh ke belakang, saat manusia pertama diciptakan dan ia hidup dalam kedamaian di surga dengan semua fasilitas yang ada, pertanyaannya apakah lantas ia bahagia dengan semua itu. Karena tidak lama setelah ia diciptakan, ia meminta pasangan untuk menemani hidupnya yang sudah bergelimang dengan kemewahan.

Kesepian sebagai representasi konflik dalam diri dimunculkan agar ada alasan untuk menciptakan pasangan sebagai pembuang kesepian. Hingga perang fisik pertama saat Qabil membunuh Habil menjadi bukti bahwa tidak ada kedamaian tanpa perpecahan.

Peran Komunikasi dalam Konflik

Komunikasi yang efektif merupakan kunci dalam menyelesaikan konflik. Ketika komunikasi terganggu atau tidak berjalan dengan baik, maka kemungkinan terjadinya konflik akan meningkat. Salah satu penyebab utama konflik adalah kurangnya komunikasi atau miskomunikasi. Untuk itu, penting bagi setiap individu maupun kelompok untuk memperhatikan cara mereka berkomunikasi.

Komunikasi yang baik harus didasari oleh rasa saling menghormati dan pengertian. Setiap pihak harus mau mendengar dan memahami perspektif pihak lain. Dengan demikian, akan tercipta suasana yang kondusif untuk menyelesaikan perbedaan dan mencari solusi bersama. Selain itu, komunikasi yang jujur dan terbuka akan mencegah timbulnya prasangka dan kesalahpahaman yang sering kali menjadi pemicu konflik.

Pentingnya Kesadaran Diri dan Emosi

Selain komunikasi, kesadaran diri dan pengendalian emosi juga memainkan peran penting dalam mengatasi konflik. Ketika seseorang mampu mengenali dan memahami emosi yang dirasakannya, ia akan lebih mudah untuk mengendalikan reaksinya terhadap situasi yang memicu konflik. Hal ini akan membantu dalam meredakan ketegangan dan mencari solusi yang lebih konstruktif.

Pengendalian emosi bukan berarti menekan atau mengabaikan emosi yang dirasakan, tetapi lebih pada bagaimana cara mengelola emosi tersebut agar tidak meledak dan memperburuk situasi. Misalnya, dengan mengambil waktu untuk menenangkan diri sebelum merespons suatu konflik, atau dengan menggunakan teknik-teknik relaksasi seperti pernapasan dalam atau meditasi.

Penyelesaian Konflik yang Berkelanjutan

Penyelesaian konflik yang berkelanjutan memerlukan pendekatan yang holistik dan inklusif. Artinya, semua pihak yang terlibat dalam konflik harus dilibatkan dalam proses penyelesaian. Ini termasuk mendengarkan keluhan dan aspirasi setiap pihak, serta mencari solusi yang dapat diterima oleh semua pihak.

Selain itu, penyelesaian konflik yang berkelanjutan juga memerlukan komitmen jangka panjang. Tidak cukup hanya dengan mencapai kesepakatan sementara, tetapi perlu ada upaya terus-menerus untuk memelihara dan menjaga kesepakatan tersebut. Ini bisa dilakukan melalui dialog dan komunikasi yang berkelanjutan, serta dengan mengembangkan mekanisme penyelesaian konflik yang efektif.

Kesimpulan

Konflik merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia, mulai dari konflik internal dalam diri individu hingga konflik antarbangsa. Meski demikian, keberadaan konflik tidak selalu negatif. Dengan penanganan yang tepat, konflik dapat menjadi peluang untuk pertumbuhan dan perubahan positif.

Pentingnya komunikasi yang efektif, kesadaran diri, dan pengendalian emosi dalam penyelesaian konflik tidak bisa diabaikan. Semua pihak yang terlibat harus memiliki kemauan untuk mendengarkan, memahami, dan bekerja sama mencari solusi yang menguntungkan semua pihak.

Penyelesaian konflik yang berkelanjutan memerlukan pendekatan yang holistik, inklusif, dan komitmen jangka panjang. Dengan demikian, diharapkan tercipta kedamaian dan harmoni yang lebih baik di dalam masyarakat, bangsa, dan dunia.

Oleh: Chotibul Umam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Articles

Back to top button